MAKALAH
DENGAN TEMA “ POLITIK DAN STRATEGI NASIONAL
DALAM PEMILU 2014 CAPRES DAN CAWAPRES DALAM SEGALA BIDANG “
JUDUL : POLITIK DAN STRATEGI NASIONAL CAPRES
DAN CAWAPRES DALAM BIDANG PENDIDIKAN YAITU GURU
NAMA : FEBRINA
RAMADHANI
KELAS : 2EA11
NPM : 12212867
MATA KULIAH : PENDIDIKAN
KEWARNEGARAAN
Kata Pengantar
Puji syukur, saya panjatkan kehadirat Allah S.W.T karena dengan rahmat
dan pertolonganNya saya dapat membuat Makalah ini. Saya berharap Makalah ini
dapat memberikan sesuatu yang bermanfaat buat kita masyarakat Indonesia.
Melihat peristiwa yang terjadi pada saat ini tentang pemilu 2014 yang
menentukan masa depan bangsa 5 tahun ke depan semoga dengan makalah yang saya
buat dapat memberi masukan atau pendapat saya tentang CAPRES dan CAWAPRES yang
mau dipilih oleh masyarakat Indonesia.
Dalam makalah ini saya akan menjelaskan tentang politik dan strategi
nasional Capres dan Cawapres di pemilu 2014 ini yang berhubungan langsung
dengan bidang pendidikan yaitu Guru. Penjelasan tentang posisi Guru di Indonesia
baik Guru PNS dan Guru Swasta?
Semoga dengan Makalah yang saya buat ini dapat memberikan perubahan yang
lebih baik terhadap Guru dalam bidang Pendidikan Nasional sehingga memajukan
moral dan etika anak Bangsa di masa depan dan bisa menjadi negara yang
berkarakter.
Jakarta, 1 JULI 2014
DAFTAR ISI
Pendahuluan
1
Penjelasan Posisi Guru di Indonesia 2
Penutup 3
Pendahuluan
PEMILU Presiden ( PILPRES ) tengah memasuki masa
kampanye. Pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden Prabowo Subianto-M Hatta
Rajasa dan Joko Widodo-M Jusuf Kalla sedang gencar-gencarnya blusukan ke
berbagai daerah di Nusantara untuk menyampaikan visi dan misinya.
Kedua Calon
Presiden dan Wakil Presiden, tak lupa menyasar pemilih dari kalangan pendidik.
Guru dipandang punya posisi strategis karena jumlahnya cukup besar dan tersebar
di semua wilayah di negeri ini. Potensi yang strategis tersebut tentu jadi
rebutan pasangan capres dan cawapres.
Tidak berlebihan
kiranya jika dikatakan jumlah guru yang banyak akan menentukan kemenangan salah
satu calon. Apalagi jika mengingat seorang guru tidak saja punya ”satu” suara,
karena masing-masing guru bisa mengajak suami/istri, anak/menantu, orang
tua/famili dan teman/tetangganya.
Jika satu guru bisa membawa suara keluarga, teman dan
tetangga dekat, maka pengaruh penggiringan suara untuk memilih salah satu calon
merupakan potensi untuk bisa mendulang suara yang tinggi. Karena itu, inilah
yang menjadikan posisi guru dalam politik begitu strategis.
Sebelum memasuki
masa kampanye, baik Prabowo-Hatta maupun Jokowi-Kalla juga hadir dalam acara
Rapat Koordinasi Pimpinan Nasional I PGRI di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta.
Mereka memaparkan visi-misinya di dunia pendidikan seandainya kelak terpilih
sebagai presiden dan wakil presiden.
Pasangan nomor urut
1, Prabowo-Hatta menjanjikan jika menjadi presiden-wakil presiden pada periode
lima tahun ke depan pihaknya akan mengangkat menteri pendidikan dan kebudayaan
dari unsur PGRI. Karena kader PGRI dipandang lebih mengetahui secara detail
seluk-beluk dunia pendidikan.
Sementara
Jokowi-Kalla, jika jadi presiden dan wakil presiden akan berupaya meningkatkan
kualitas pendidikan dan kesejahteraan guru.
Kualitas pendidikan dan kesejahtaraan guru saat ini diakui masih rendah dan perlu digenjot agar lebih baik lagi. Namun kedua gagasan dan rencana tersebut masih berupa janji.
Kualitas pendidikan dan kesejahtaraan guru saat ini diakui masih rendah dan perlu digenjot agar lebih baik lagi. Namun kedua gagasan dan rencana tersebut masih berupa janji.
1
Posisi Guru dalam
PILPRES
Lalu bagaimana
sebaiknya sikap guru di tengah situasi persaingan sengit dalam laga pilres?
Sebagai pendidik, apalagi yang berstatus pegawai negeri sipil (PNS), memang
sudah diatur harus bebas dari gegap-gempita politik praktis. Guru PNS dilarang
terlibat secara langsung sebagai pengurus partai politik atau menjadi anggota
tim sukses pilpres. Jika kedapatan ada guru PNS yang menjadi tim sukses atau
terlibat dalam kampanye, maka akan dikenai sanksi sesuai aturan yang berlaku.
Sementara bagi guru
swasta, sejauh ini tidak ada aturan mengikat terkait keterlibatan dalam dunia
politik. Jika pun ada aturan, itu bersifat internal yang dibuat oleh yayasan
atau lembaga yang menaungi lembaga pendidikan di mana guru yang bersangkutan mengajar.
Guru memang selayaknya bebas dari politik praktis. Guru diharapkan untuk bisa
berkonsentrasi dalam memajukan dunia pendidikan. Adapun pilihan politik pada
pilpres bisa dikembalikan pada hati nurani pendidik masing-masing di bilik
suara. Mereka bisa bebas memilih calon sesuai pilihanya. Karena sebagai warga
negara yang baik harus menggunakan hak pilih secara baik dan tidak golput.
Mau tidak mau guru
harus menentukan pilihan dalam pilpres secara cerdas dan tepat. Paling tidak
ada beberapa hal yang bisa dijadikan bahan pertimbangan guru dalam menetukan
pilihannya. Pertama, guru harus melihat sejauhmana kesungguhan capres dan
cawapres dalam menjabarkan visi dan misinya bagi dunia pendidikan. Jangan
sampai perhatian dalam dunia pendidikan hanya sekadar lip service untuk
memengaruhi pilihan politik guru.
Guru harus bisa
mencermati dan menganalisis apakah yang dikatakan capres dan cawapres di bidang
pendidikan memang realistis untuk bisa dilaksanakan. Sebab, apalah arti visi
dan misi yang muluk-muluk, toh pada kenyataannya setelah jadi presiden dan
wakil presiden justru tidak dilaksanan. Jadi antara perkataan dan perbuatan
harus padu.
Kedua, guru harus
bisa melihat rekam jejak calon presiden dan wakil presiden. Apakah selama ini
yang bersangkutan sudah mencurahkan perhatiannya pada dunia pendidikan dan
pendidikan karakter yang tengah jadi perhatian serta tema sentral perbaikan
dunia pendidikan di negeri ini.
Indonesia kini
tengah membutuhkan figur pemimpin yang jujur dan bisa jadi teladan. Sebab hanya
dengan kejujuran dan keteladanan, maka kondisi karut-marut negeri ini akan
segera pulih. Masalah kejujuran dan keteladanan bisa dimulai dari pemimpinnya.
Jika pemimpin jujur dan patut dicontoh, maka rakyat akan mengikutinya.
2
Ketiga, arah dunia
pendidikan kini tengah dalam sorotan karena dipandang tidak jelas. Banyak
lembaga pendidikan dan lulusan sekolah, tapi dari tahun ke tahun yang ada
adalah jumlah pengangguran yang kian menumpuk. Ini menandakan jika dunia
pendidikan selama ini hanya mampu ”mencetak” pengangguran. Dunia pendidikan
bisa dipandang gagal melahirkan generasi yang punya karakter baik, kreatif,
mandiri dan tangguh dalam menghadapi segala situasi.
Karena itu, ke
depan dibutuhkan pemimpin yang bisa membawa arah pendidikan nasional yang
jelas, yakni mampu melahirkan sumber daya manusia yang cerdas, terampil
sekaligus punya karakter dan budi pekerti yang luhur.
Penulis : Muharno Zarka, tenaga edukatif
pada Sekolah Masyarakat Membaca dan Menulis (SM3)dan pendidik di Emhaka
Homeschooling Wonosobo.
Penutup
Melihat peristiwa yang terjadi saat ini banyak masyarakat sekarang yang
sudah mulai menentukan siapa yang mau dipilih pada pemilu tahun 2014 di Indonesia. Semoga pilihan
mereka bisa membawa Indonesia yang maju,tentram,dan berkarakter bagi
Masyarakatnya. Semoga dengan Makalah yang saya buat ini dapat memberikan perubahan
yang positif terhadap masyarakat sekarang dan bisa membuat Mereka ikut
membangun bangsa ini ke arah yang lebih baik,Amin .
Sumber http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2014/06/14/264340/16/Posisi-Guru-dalam-Pilpres.
3
Tidak ada komentar:
Posting Komentar