Dua kekayaan manusia yang paling utama ialah “Akal dan Budi”
atau lazimnya disebut pikiran dan perasaan. Disatu sisi akal dan
budi atau pikiran dan perasaan tersebut telah memungkinkan munculnya
tuntutan-tuntutan hidup manusia yang lebih daripada tuntutan hidup makhluk
lain.
Disisi lain akal dan budi memungkinkan munculnya karya-karya manusia yang
sampai kapanpun tidak pernah akan dapat dihasilkan oleh makhluk lain. Cipta,
karsa, dan rasa pada manusia yakni sebagai buah akal budinya terus melaju tanpa
hentinya berusaha menciptakan benda-benda baru untuk memenuhi kebutuhan / hajat
hidupnya. Baik yang bersifat jasmani maupun rohani. Dari proses ini maka
lahirlah apa yang disebut kebudayaan dan pandangan terhadap hidup. Jadi pada
hakikatnya, kebudayaan dan pandangan terhadap hidup ini tidak lain adalah
segala sesuatu yang dihasilkan oleh akal budi manusia.
Dalam pikiran dan perasaan manusia, ada beberapa faktor penting yang harus
menjadikan manusia sebagai makhluk yang berakal, yakni :
1. Pandangan Hidup
Pandangan Hidup merupakan suatu dasar atau landasan untuk
membimbing kehidupan jasmani dan rohani. Pandangan hidup ini sangat bermanfaat
bagi kehidupan individu, masyarakat, atau negara. Semua perbuatan, tingkah laku
dan aturan serta undang-undang harus merupakan pancaran dari pandangan hidup
yang telah dirumuskan.
Pandangan hidup sering disebut filsafat hidup. Filsafat berarti cinta akan
kebenaran, sedangkan kebenaran dapat dicapai oleh siapa saja. Hal inilah yang
mengakibatkan pandangan hidup itu perlu dimiliki oleh semua orang dan semua
golongan.
Setiap orang, baik dari tingkatan yang paling rendah sampai dengan tingkatan
yang paling tinggi, mempunyai cita-cita hidup. Hanya kadar cita-citanya sajalah
yang berbeda. Bagi orang yang kurang kuat imannya ataupun kurang luas
wawasannya, apabila gagal mencapai cita-cita, tindakannya biasanya mengarah
pada hal-hal yang bersifat negative.
Disinilah peranan pandangan hidup seseorang. Pandangan hidup yang teguh
merupakan pelindung seseorang. Dengan memegang teguh pandangan hidup yang
diyakini, seseorang tidak akan bertindak sesuka hatinya. Ia tidak akan gegabah
bila menghadapi masalah, hambatan, tantangan dan gangguan, serta kesulitan yang
dihadapinya.
Biasanya orang akan selalu ingat, taat, kepada Sang Pencipta bila sedang
dirudung kesusahan. Namun, bila manusia sedang dalam keadaan senang, bahagia,
serta kecukupan, mereka lupa akan pandangan hidup yang diikutinya dan berkurang
rasa pengabdiannya kepada Sang Pencipta. Hal ini disebabkan oleh beberapa
factor, antara lain :
- Kurangnya penghayatan pandangan hidup yang diyakini.
- Kurangnya keyakinan pandangan hidupnya.
- Kurang memahami nilai dan tuntutan yang terkandung dalam pandangan hidupnya.
- Kurang mampu mengatasi keadaan sehingga lupa pada tuntutan hidup yang ada dalam pandangan hidupnya.
- Atau sengaja melupakannya demi kebutuhan diri sendiri.
Pandangan hidup tidak sama dengan cita-cita. Sekalipun demikian, pandangan
hiup erat sekali kaitannya dengan cita-cita. Pandangan hidup merupakan bagian
dari hidup manusia yang dapat mencerminkan cita-cita atau aspirasi seseorang
dan sekelompok orang atau masyarakat.
Pandangan hidup merupakan sesuatu yang sulit untuk dikatakan, sebab
kadang-kadang pandangan hidup hanya merupakan suatu idealisme belaka yang
mengikuti kebiasaan berpikir didalam masyarakat. Manuel Kaisiepo (1982) dan
Abdurrahman Wahid (1985) berpendapat bahwa pandangan hidup itu bersifat elastis.
Maksudnya bergantung pada situasi dan kondisi serta tidak selamanya bersifat
positif.
Pandangan hidup yang sudah diterima oleh sekelompok orang biasanya digunakan
sebagai pendukung suatu organisasi disebut ideology. Pandangan hidup dapat
menjadi pegangan, bimbingan, tuntutan seseorang ataupun masyarakat dalam
menempuh jalan hidupnya menuju tujuan akhir.
2. Cita-Cita
Pandangan hidup terdiri atas cita-cita, kebajikan dan sikap hidup.
Cita-cita, kebajikan dan sikap hidup itu tak dapat dipisahkan dengan kehidupan
manusia. Dalam kehidupannya manusia tidak dapat melepas diri dari cita-cita,
kebajikan dan sikap hidup itu.
Orang tua selalu menimang-nimang anaknya sejak masih bayi agar menjadi dokter,
insinyur, dan sebagainya. Ini berarti bahwa sejak anaknya lahir, bahkan
sejak dalam kandungan, orang tua telah berangan-angan agar anaknya itu
mempunyai jabatan atau profesi yang biasanya tak tercapai oleh orang tuanya.
Selain dari itu, pada setiap kelahiran bayi, do’a yang di ucapkan oleh
family atau handai taulan biasanya berbunyi : “ Semoga kelak menjadi orang yang
berguna bagi nusa, bangsa, agama, dan berbakti kepada orang tua.
Karena itu wajarlah apabila cita-cita, kebajikan, dan pandangan hidup
merupakan bagian hidup manusia. Tidak ada orang hidup tanpa cita-cita, tanpa
berbuat kebajikan, dan tanpa sikap hidup. Sudah tentu kadar atau tingkat
cita-cita, kebajikan, dan sikap hidup itu berbeda-beda bergantung kepada
pendidikan, pergaulan, dan lingkungan masing-masing.
Cita-cita itu perasaan hati yang merupakan suatu keinginan yang ada dalam
hati. Cita-cita sering kali diartikan sebagai angan-angan, keinginan, kemauan,
niat atau harapan. Cita-cita itu penting bagi manusia, karena adanya cita-cita
menandakan kedinamikan manusia.
Ada tiga kategori keadaan hati seseorang yakni lunak, keras,dan lemah,
seperti :
- Orang yang berhati keras, biasanya tak berhenti berusaha sebelum
cita-citanya tercapai. Ia tidak menghiraukan rintangan, tantangan, dan segala
esulitan yang dihadapinya. Orang yang berhati keras biasanya juga mencapai
hasil yang gemilang dan sukses hidupnya.
- Orang berhati lunak biasanya dalam usaha mencapai cita-citanya
menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi. Namun ia tetap berusaha mencapai
cita-cita itu. Karena, biarpun lambat ia akan berhasil juga mencapai
cita-citanya.
- Orang yang berhati lemah biasanya mudah terpengaruh oleh situasi dan
kondisi. Bila menghadapi kesulitan cepat-cepat ia berganti haluan dan berganti
keinginan.
3. Kebajikan
Kebajikan atau kebaikan pada hakikatnya adalah perbuatan
moral, perbuatan yang sesuai dengan norma-norma agama atau etika. Manusia
berbuat baik, karena menurut kodratnya manusia itu baik dan makhluk bermoral.
Atas dorongan suara hatinya manusia cenderung berbuat baik. Untuk melihat apa
itu kebajikan, kita harus melihat dari tiga segi, yaitu :
- Manusia sebagai pribadi, Yang menentukan baik-buruknya adalah suara hati. Suara hati itu semacam bisikan dalam hati untuk menimbang perbuatan baik atau tidak. Jadi suara hati itu merupakan hakim terhadap diri sendiri. Suara hati sebenarnya telah memilih yang baik, namun manusia seringkali tidak mau mendengarkan.
- Manusia sebagai anggota masyarakat, Yang menentukan baik-buruknya adalah suara hati masyarakat. Suara hati manusia adalah baik, tetapi belum tentu suara hati masyarakat menganggap baik. Sebagai anggota masyarakat, manusia tidak dapat membebaskan diri dari kemasyarakatan.
- Manusia sebagai makhluk tuhan, manusia pun harus mendengarkan suara hati Tuhan. Suara Tuhan selalu membisikkan agar manusia berbuat baik dan mengelakkan perbuatan yang tidak baik. Jadi, untuk mengukur perbuatan baik dan buruk, harus kita dengar pula suara Tuhan atau Kehendak Tuhan. Kehendak Tuhan berbentuk Hukum Tuhan atau Hukum agama.
Jadi, kebajikan itu adalah perbuatan yang selaras dengan suara hati kita,
suara hati masyarakat, dan Hukum Tuhan. Kebajikan berarti berkata sopan,
santun, berbahasa baik, bertingkah laku baik, ramah-tamah terhadap siapapun,
berpakaian sopan agar tidak merangsang bagi yang melihatnya.
Namun ada pula kebajikan semu, yaitu kejahatan yang berselubung kebajikan.
Kebajikan semu ini sangat berbahaya, karena pelakunya orang-orang munafik yang
bermaksud mencari keuntungan diri sendiri.
4. Sikap Hidup
Sikap hidup ialah keadaan hati dalam menghadapi hidup ini. Apakah kita
mempunyai sikap yang positif atau yang negatif. Apakah kita mempunyai sikap
optimis atau pesimis? Atau apakah kita mempunyai sikap yang apatis?.
Sikap itu ada didalam hati kita dan hanya kitalah yang tahu.orang lain hanya
baru tahu setelah kita bertindak. Sikap itu penting, setiap manusia mempunyai
sikap dan sudah tentu tiap-tiap orang berbeda sikapnya. Sikap dapat dibentuk
sesuai kemauan yang membentuknya.
Sikap dapat juga berubah karena situasi, kondisi, dan lingkungan. Dalam
menghadapi kehidupan, manusia selalu menghadapi manusia lain atau menghadapi
sekelompok manusia. Ada beberapa sikap etis dan non etis.
Sikap etis disebut juga sikap positif, dan sikap non etis disebut juga
sikap negatif.
Ada tujuh sikap etis, yaitu :
- sikap lincah – sikap arif
- sikap rendah hati – sikap berani
- sikap tenang – sikap halus
- dan sikap bangga
Sikap non etis atau sikap negatif, yaitu :
- sikap kaku – sikap takut
- sikap gugup – sikap kasar
- sikap angkuh – sikap dan sikap rendah diri
Sikap-sikap ini harus dijauhkan dari diri pribadi-pribadi., karena sangat
merugikan baik bagi pribadi masing-masing maupun bagi kemajuan bangsa.
MANUSIA DAN PANDANGAN HIDUP
Akal dan budi sebagai milik manusia ternyata membawaciri tersendiri akan
diri manusia itu. Sebab akal dan budi mengakibatkan manusia memiliki keunggulan
dibandingkan dengan makhluk lainnya. Satu diantar keunggulan manusia tersebut
ialah pandangan hidup. Disatu pihak manusia menyadari bahwa dirinya lemah,
dipihak lain menusia menyadari kehidupannya lebih kompleks.
Kesadaran akan kelemahan dirinya memaksa manusia mencari kekuatan diluar
dirinya. Dengan kekuatan ini manusia berharap dapat terlindung dari
ancaman-ancaman yang selalu mengintai dirinya, baik yang fisik maupun non
fisik. Seperti penyakit, bencana alam, kegelisahan, ketakutan, dan sebagainya.
Selain itu manusia sadar pula bahwa kehidupannya itu lain bila dibandingkan
dengan kehidupan makhluk lain. Sadar pula bahwa dibalik kehidupan ini ada
kehidupan lain yang diyakini lebih abadi. Lebih yakin lagi bahwa kehidupan lain
itu bahkan merupakan kehidupan yang sesungguhnya.
Disana setiap manusia akan mempertanggung jawabkan apa yang dilakukan selama
hidup didunia. Manusia tahu benar bahwa baik dan buruk itu akan memperoleh
perhitungan, maka manusia akan selalu mencari sesuatu yang dapat menuntunnya
kearah kebaikan dan menjauhkan diri dari keburukan.
Akhirnya manusia menemukan apa yang disebut “ sesuatu dan kekuatan
diluar dirinya “. Ternyata keduanya adalah “ Agama dan Tuhan
“. Dengan demikian bahwa pandangan hidup merupakan masalah yang asasi bagi
manusia. Sayangnya tidak semua manusia yang memahaminya, sehingga banyak orang
yang memeluk suatu agama semata-mata atas dasar keturunan. Akibatnya banyak
orang yang beragama hanya pada lahirnya saja dan tidak sampai batinnya. Atau
yang sering dikenal dengan agama KTP.
Padahal urusan agama adalah urusan akal,
seperti dikatakan oleh Nabi Muhammad SAW.
Dalam satu hadistnya
: Agama adalah akal, tidak ada agama bagi orang-orang yang tidak
berakal.”
Maksud Nabi Muhammad SAW tersebut ialah agar manusia dalam memilih suatu
agama benar-benar berdasarkan pertimbangan akalnya, dan bukan semata-mata
karena asas keturunan. Hal ini ditegaskan oleh firman Allah SWT dalam surat
Al-Baqarah ayat-236 yang artinya :
“ Tidak ada paksaan untuk memasuki sesuatu agama, sesungguhnya telah
jelas antara jalan (agama) yang benar dan jalan (agama) yang salah.”
Ternyata, pandangan hidup sangat penting. Baik untuk kehidupan sekarang
maupun kehidupan di akhirat. Dan sudah sepantasnya setiap manusia memilikinya.
Maka pilihan pandangan hidup harus betul-betul berdasarkan pilihan akal bukan
sekedar ikut-ikutan saja.
Perlu kita sadari bahwa baik Tuhan maupun agama bagi kita adalah suatu
kebutuhan. Bukan kebutuhan sesaat seperti makan, minum, tidur, dan sebagainya.
Melainkan kebutuhan yang terus menerus dan abadi. Sebab setiap saat kita
memerlukan perlindungan Allah SWT dan petunjuk agama sampai diakhir nanti.
Firman Allah SWT :
“ Kamilah pelindungmu dalam kehidupan dunia dan
akhirat ; didalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh pula
apa yang kamu minta.” (QS.Fushilat : 31).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar